Beberapa orang mengeluh tentang pekerjaanya.
“Gw males banget sebenernya ngerjain beginian, bukan
gw ahlinya, ga sejalan dengan keinginan gw, terlalu banyak konflik”
Yang lain mengeluh tentang temannya.
“Mereka tuh ga mau ngedengerin gw, dalem banget
omongannya”
Sebagian mengeluh dengan pacarnya.
“Pelit (gw banget ini mah), terlalu banyak ngeluh,
terlalu banyak komentar”
Dsb nya, dsb nya.
Kenapa ga kalian hijrah aja? Ga pindah? Pindah
kerjaan, cari temen lagi, ganti pacar. Itu mungkin karena kalian
ga mampu. Kalo gitu terimalah apa adanya. Syukuri, jika tidak ada yang bisa disyukuri, pindahlah.
ga mampu. Kalo gitu terimalah apa adanya. Syukuri, jika tidak ada yang bisa disyukuri, pindahlah.
Beberapa hari yang lalu masih dengan masalah yang
sama, ada seseorang pasang status kaya gini.
“Apa yang gw rasain ini bener, lu ga tau gimana
rasanya jadi gw sih!!”
So, orang ini tetep mau jadi dirinya sendiri meskipun
udah tau kalo dirinya banyak yang ga suka. Hmm.. jadi gini, ga ada yang nyuruh
orang ini untuk jadi orang baik, tapi apa salahnya sih jadi lebih baik dari
biasanya? Ga perlu lah jadi orang baik, jaga perasaan orang itu udah cukup.
“Maaf gw ga bisa kumpul lagi sama kalian. Kalian anak
kuliahan, gw udah nikah. Gw sekarang udah beda”
Orang ini merasa dijauhin karena statusnya yang udah
beda. Dari single jadi menikah. Dimana logikanya? Dia pikir kita iri dengan
statusnya? Bukan itu nyonya.. kebencian kami datang dari cara anda berbicara.
Kasarnya anda berbicara seperti preman pasar yang mempunyai banyak orang-orang
yang bisa disuruh untuk memukuli kami. Padahal, see? You don’t have any power.
Dan satu lagi, we don’t care with your status or your relationship. It isn’t my
problem, except your status is about you still children, still teenager, or
have been adult or old. So, can you say to us about your age and can you see
how childish you are?
Jadi? Jangan mau jadi orang seperti ini. Tidak bisa
apa-apa. Udah dibilangin dari awal nulis diary “Why you’re not go away from
me?”
Kalo tidak bisa, syukurilah, terimalah, jagalah. Kalo
tidak mau. Pergilah jauh-jauh.
Jadi keingetan sama nenek. Setua itu? Pernahkah dia
berkeluh kesah? Kerjanya hanya berjalan-jalan dirumah. Sering ke
tetangga-tetangga yang itu lagi, itu lagi. Pernahkah dia membenci kehidupannya?
Jarang keluar rumah, tidakkah dia jenuh? Kalo kita yang seperti itu mungkinkah
kita bisa bersabar seperti itu? Tidur, makan, solat, mengobrol dengan tetangga,
masak. Mungkinkah kita akan sesabar itu? Atau suatu saat nanti kita malah
menjadi nenek-nenek girang yang tidak dihargai oleh tetangga kanan kiri?
Jenuhkah engkau nek ? sesekali ke luar rumah hanya
untuk periksa ke rumah sakit.
Suatu hari pernah mengantar nenek ke rumah sakit.
Setelah diambil darah, nenek disuruh makan dan dilanjutkan puasa selama 2 jam.
Nenek ngajak ke sebuah restoran sunda yang terkenal enak, yang jaraknya jauh
dari rumah sakit? Aku tau maksud nenek mau ngajak aku makan bareng di restoran
enak itu sesekali. Abis itu, nenek ngajak aku beli snack kiloan dan aku disuruh
milih yang aku mau. Aku tau maksud nenek ingin memberiku sesuatu.
Keingetan masa-masa kecil lagi, pas nenek ngajak aku
sama lala ke supermarket Pakally setelah ambil gajinya, ngajakin kita jajan ke
sana. Bahagiakah engkau nek ?
Ya Allah lindungilah ia, berilah umur panjang, berilah
kesehatan kepadanya. Jauhkan ia dari api neraka. Bahagiakan ia di dunia dan di
akhirat. Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar