warna warni

warna warni

Rabu, 26 November 2014

Eleven Minutes, Paulo Coelho

Judul Buku : Eleven Minutes

Penulis : Paulo Coelho

"Maria adalah seorang gadis muda dan lugu dari pedalaman Brazil. Sejak kecil dia mendambakan suatu saat nanti dia akan menemukan cinta sejatinya. Namun, hal itu tidak kunjung didapatkannya ketika dia mulai beranjak dewasa. Nasibnya seakan-akan berubah ketika di Rio de Janeiro dia mendapatkan tawaran untuk menjadi seorang aktris di Swiss. Bayangan menjadi seorang aktris terkenal, kaya, dan siapa tahu di Swiss nanti akan menemukan cinta sejati membuat Maria menerima tawaran tersebut. Tapi, hal tersebut hanya janji manis belaka. Kenyataannya Maria harus menjadi pelacur untuk bertahan hidup di lingkungan yang sama sekali asing baginya. Impiannya untuk menemukan cinta sejati seketika punah saat menjalani profesi tersebut. Namun, segalanya berubah ketika dia bertemu Ralf, seorang pelukis yang ditemuinya di sebuah bar. Pelan-pelan pria itu masuk ke kehidupannya dan mengubah pandangannya: Apakah benar di dalam dirinya masih ada cahaya? Haruskah dia berhenti menjalani profesi sebagai pelacur? Apakah cinta sejati memang benar-benar ada? Dan apakah seks bisa menjadi sesuatu yang sakral?"

Pertama, saya sarankan buku ini tidak dibaca oleh anak dibawah umur, karena novel ini adalah novel khusus dewasa, dimana-mana bertebaran kalimat-kalimat vulgar.
Saya sendiri membeli buku ini karna kecelakaan demi menghindari kata rugi, "Rugi loh kalo cuman beli buku satu, satu lagi aja biar ga rugi di ongkir", dan entah kenapa saya memilih buku itu.


Ada satu cerita yang menarik, ketika Maria sedang
melihat orang-orang menaiki roller coaster, dia bilang "I stood for a long time by the roller coaster, and I noticed that most people get on it in search of excitement, but that once it starts, they are terrified and want the cars to stop. What do they expect? Having chosen adventure, shouldn't they be prepared to go the whole way? Or do they think that intelligent thing to do would be to avoid the ups and downs and spend all their time in a carousel, going round and round on the spot?"


Seperti yang saya rasakan, atau mungkin orang-orang di luar sana rasakan. Kadang kita menginginkan sesuatu seperti sebuah pekerjaan, berharap mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, tapi ketika kita sudah mendapatkannya kita malah sering mengeluh, dan berharap tidak pernah merasakan hal yang kita inginkan dulu. Padahal itu sudah termasuk konsekuensi dari keinginan kita. Segala sesuatu yang kita putuskan pasti ada konsekuensi nya toh ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar