warna warni

warna warni

Rabu, 09 Juli 2014

9 Juli 2014 -Antara Piala Dunia dan Sebuah Sistem di Indonesia-

Selamat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan :)
Di tanggal 9 Juli ini ada dua kejadian besar yang tidak diduga-duga.
Pertama, masalah piala dunia. Brazil harus kalah sama Jerman di pertandingan semalem. Kejadian yang biasa yah, krn Jerman jg tim yang unggul, wajar bisa ngalahin Brazil. Tapi skornya itu loh yang bikin ga biasa. Brazil harus kalah telak 7-1 hihihi.
Kedua, masalah pilpres di Indonesia. Yang calonnya cuma 2. Yang jauh-jauh hari sebelumnya fans-fans dari kedua kubu mati-matian membela sampe berbusa, membela tuannya masing-masing. Hingga saya muak membacanya. *kalem aja keleeeuuusszz*
Dan hasil quick count pasti akan membuat salah satu kubu berduka. Termasuk si mama yg pengen ngerasain jadi ibu negara dari salah satu capres --"
Kalo boleh jujur saya sebenarnya menunggu saat-saat Islam mempunyai calonnya sendiri, dan gw memberikan vote beserta seluruh umat lainnya, memenangkan pemimpin kita, pemimpin kami, imam kami, membayangkan Islam akan berdiri. hukum -Mu akan tegak kembali perlahan. Tapi pernyataan ini sungguh masih sulit dipercaya "Islam tidak akan menang melalui sistem lain".
Aku terhenyak. Benar.
Namun masih banyak "kenapa" dan "bagaimana" yang terngiang di kepalaku.
Kemudian hati kecilku menjelaskan.
"Kamu tau nak, buat apa Allah menceritakan kisah Rasul-rasul sebelum Muhammad ke dalam Al-Qur'an? Maka itu pula alasan Allah memerintahkan kita memegang Al-Qur'an dan As-Sunnah."
"Haruskah ku ceritakan kembali kepadamu tentang seorang Al-Amin kala itu. Yang ditawarkan oleh para petinggi darul nadwah sesuatu yang sangat menggiurkan "Hai Muhammad jika kau menginginkan harta yang banyak maka akan kami berikan, jika kau menginginkan wanita cantik, akan kami berikan dari penjuru dunia, jika kau menginginkan kekuasaan, maka akan kami berikan, bukankah kau melakukan ini semua tujuannya adalah kekuasaan?". Benarkan? Bukankah Allah memerintahkan tugas itu kepada Muhammad S.A.W agar hukum -Nya dapat berkuasa di dunia?".
"Namun nak, ia tetap menolak tawaran itu, ia lebih memilih melanjutkan dakwahnya daripada menerima tawaran itu sebagai jalan yg lebih singkat. Ia lebih memilih melanjutkan jalan yang mendaki lagi sukar. Padahal bukankah lebih mudah jika ia menerima kekuasaan itu dr orang lain kemudian ia mengontrolnya dari atas? dari jabatannya yang tinggi? Begitukah?"
"Tidak nak, jika yang membuatnya berkuasa adalah orang lain, maka orang itu pula yang akan menjatuhkannya. Namun jika Allah yang memberinya kuasa, jika hukum Islam sudah berkuasa, maka siapa yang bisa menjatuhkannya?"
"Maka anakku untuk memenangkan Islam tidak dengan masuk ke dalam Sistem lain, tidak dengan membeli yang mereka jual. Tapi satu. Konsisten di jalan murni ini."
"Nak, haruskah kuceritakan kembali tentang sebuah kemenangan yang terjadi bukan karna jumlahnya? Ingatkah kau tentang sebuah perang kala itu. Perang badar, perang yang menjadi pembeda antara yang haq dan yang bathil. Berapa pasukan Muslim kala itu? 300 orang. Lalu berapa pasukan lawannya? 1000 orang. Tapi bagaimana mungkin nak pasukan Muslim yang menang?"
"Maka nak, untuk menang Islam tidak memerlukan kuantitas, banyaknya jumlah suara. Kualitasnya lah yang memenangkannya. Eh, bukan, Allah lah yang akan memenangkannya"
"Bukankah Islam adalah sebuah Dien? Sebuah Sistem hidup dimana Islamlah yang mengayomi segala aspek kehidupan? Maka Islam tidak membutuhkan sistem lain, tidak membutuhkan isme dan ideologi lainnya"
Di tengah hiruk pikuk suporter piala dunia. Perdebatan simpatisan dua kubu capres. Tertutupi teriakan anak-anak yang dibantai oleh senjata-senjata api, meriam, dan rudal.
Ditengah pemikiran tentang bagaimana kehidupanku besok? Terselip sebuah kalimat dari negeri itu "Kami lebih memikirkan bagaimana caranya mati mulia di sisi Allah?".
Maka mengapa harus mereka yang tersudut yang bisa memikirkan hal seperti itu? Tidakkah kita pun ingin mati mulia di sisi -Nya? Tidakkah kita ingin memikirkan kehidupanku besok di kehidupan yang lebih abadi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar