Tapi kemudian tiba-tiba tertahan karna aku marah
padanya,
Sesekali aku ingin bercerita tentang mama,
Tapi kemudian aku merasa marah dan dikecewakan
olehnya.
Mama itu sebenarnya wanita yang hebat, tanpa seorang
suami yang mendampinginya selama 6 tahun belakangan ini, ia mampu menghidupi
ketiga anaknya sendirian, banting tulang. Kalo aku boleh milih, aku lebih
memilih mama yang tinggal dirumah mendidik anak-anaknya, tapi nasib tidak berjalan
sesuai yang aku mau, mama harus tetap mengajar dan mendidik siswa-siswa di
sekolahan selama 8 jam.
Aku sempat membencinya, mama pernah menyuruh aku
berjualan di sekolah, mama pernah mendaftarkan aku untuk mendapatkan beasiswa
untuk anak-anak tidak mampu di sekolahan, padahal menurutku mama masih mampu
untuk membayar sekolah ku tanpa beasiswa seperti itu, aku gengsi sebenernya,
mama pernah melarangku bersekolah di tempat yang aku mau karena masalah uang,
dua kali aku merasakan itu, tapi adikku bisa bersekolah ditempat yang dia suka.
Aku sempat membencinya, terlebih lagi ketika aku sudah menurut dengan yang dia
perintahkan, ketika aku selalu berusaha untuk bekerja sama dan membantunya
untuk mengurangi bebannya, tapi dia masih berkata “Kalo kamu mau tau, kamu itu
kaya si Om, yang tukang ngebantah, ga mau nurut sama orang tua”. Kaya diserang
petir di siang bolong, aku menangis dalam hati, “Aku hanya ingin jadi anak baik
Ya Allah, aku selalu menuruti perintah mama, aku selalu berusaha membahagiakan
mama. Ridho Mu adalah Ridho orang tua, apa itu masih berlaku di sini Ya Allah,
apa aku tidak engkau ridhoi selama ini ya Allah”, rintih ku dalam hati.
Setelah kejadian itu aku mencoba balas dendam kepada
mama, aku selalu menceritakan ke adik-adikku tentang aku yang pernah berjualan
maksudnya sih sekalian biar adik-adikku itu semangat belajar (alhasil si awa
sekarang malah jualan dengan inisiatif sendiri, ngejual-jualin hasil gambarnya
dia yang amburadul ke temen-temen sekelasnya #SalahTanggap). Aku selalu
menyinggung-nyinggung masalah universitas yang aku ingin tapi tidak
diperbolehkan karna masalah uang lagi. Aku selalu mengeluh “Males kuliah
ditempat sekarang, ga ada semangatnya, biasa aja”. Setelah aku bilang gitu mama
selalu memberiku kata-kata semangat dan kesabaran, kemudian keluar rumah dan
duduk di teras rumah kemudian bersenandung. Iya aneh, mama selalu keluar rumah
setiap aku menyinggung hal-hal itu.

Tangannya menyentuh matanya dengan cepat seperti
menghapus sesuatu di ujung-ujung matanya, kemudian menoleh dan berkata “tadi
kayanya mama denger suara tukang roti, mama pengen beli”. Ada air yang
menggenang, tertahan di kedua bola matanya. Aku merintih dalam hati, aku merasa
bersalah, jadi selama ini dia menangis setiap ku singgung hal itu. Aku pikir
mama tidak memperdulikan aku, aku pikir mama tidak pernah merasa bersalah. Aku semakin
merasa bersalah…..
Aku tidak pernah menyinggung-nyinggung lagi setelah
itu, masalah yang lalu-lalu mungkin sebenernya itu salah ku, yang terlalu
mempercayai makhluk, sehingga aku melakukan kebaikan supaya dilihat baik oleh
makhluk Allah. Ketika hasilnya ternyata tidak seperti yang aku harapkan, sakit
hatilah. Memang itu salah ku, memang aku yang kurang berbakti dan tidak
menyadarinya.
Semoga ada perubahan dalam diri ini.. Amin Ya Rabb..
Sekarang mama jauh lebih hebat dari yang dulu, lebih
pengertian dari mama yang dulu, lebih sabar dari yang dulu, Semoga mama selalu
diberikan rizki yang diridhoi Allah, kebahagiaan di dunia dan di akhirat,
selalu diberikan perlindungan, kesehatan dan umur yang panjang. Amin Ya Rabb…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar