Satu pujian membuat saya bercermin
Adakah saya sebaik itu ?
Ada jarak sepersekian detik antara pujian yang kamu ucapkan dengan senyuman malu-malu ini.
Antara pujian itu dengan kalimat sinis saya "ga juga ah".
Antara pujian itu dengan jawaban terimakasih dari mulut saya.
Jarak sepersekian detik :
Mengapa ia memuji ?
Adakah yang saya lakukan salah, tapi dia tak ingin menyakiti ?
Apa yang mereka inginkan ? Apa kesalahan saya ?
Kurangkah yang saya lakukan sehingga ia berharap lebih ?
Apakah kamu sedang berpikir saya bisa berubah menjadi lebih baik setelah dipuji ?
Apa kamu juga berpikir saya butuh sebuah pujian agar saya sedikit jinak ?
Adakah pujian itu tulus ?
Dulu, satu pujian hanya membuat prasangka buruk dan menimbulkan sikap sinis dalam hati. Tapi kamu tidak akan lihat, kamu akan berpikir aku suka dipuji.
Paling-paling kesinisan yg kamu tau hanya dari sebuah kalimat "ah ga juga".
Lalu kalian akan jawab "ih didoain, bukannya bilang Amin".
Padahal kamu tidak mengerti sebegitu sulitnya ada di posisi yang tidak saya suka tapi tidak ingin menyakiti perasaan dan usaha orang lain.
Akhirnya sekarang saya harus berdamai.
Menghilangkan prasangka-prasangka buruk, meyakini pujian yang diutarakan hanya agar saya menjadi lebih baik, mau apapun niat kamu sebenarnya. Dan saya hanya akan mengatakan "Amin, makasih" sambil tersenyum.
Satu pujian membuat saya bercermin berkali-kali. Tapi mungkin memang baiknya seperti itu. . Mungkin.